Tips Mengingat Banyak Hal

Review Buku “Quantum Memorizer”

Kata Pudin
8 min readMay 30, 2024

Halo! Pernah ga sih kalian merasa struggle dengan menghafal beberapa hal? Atau menghafal banyak materi di kelas yang memang harus dihafal?

Buku Quantum Memorizer. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Episode kali ini aku ingin berbagi tentang salah satu buku yang aku baca dengan judul, “Quantum Memorizer” — Mengingat segala sesuatu, setiap waktu dengan memaksimalkan kemampuan otak. Buku ini ditulis oleh Bobbi DePorter yang sejatinya merupakan penulis luar. Namun, buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan sedikit konteksnya. Buku ini sederhana dan hanya sedikit halamannya jadi bisa diselesaikan dalam satu kali duduk, hanya 72 halaman. Sebenarnya ini adalah seri buku quantum-quantuman. Ada judul lain, seperti Quantum Learner, Quantum Reader, dan Quantum Writer.

Mengenal Otak Terlebih Dahulu

Ingatan/memori adalah gabungan dari tiga kemampuan utama, yaitu memotivasi, menggambarkan, dan mengasosiasi.

A. Memotivasi

Untuk mengingat banyak hal dengan baik, kita perlu memiliki motivasi yang sesuai terhadap apa yang ingin kita ingat tadi. Misalnya, ketika kita bisa menghafal nama-nama karakter favorit kita yang sebanyak itu tentu itu karena kita menyukai film tersebut. Hal ini berbeda ketika kita tidak bisa menghafalkan beberapa hal dalam pelajaran walaupun jumlahnya tidak sebanyak karakter film tadi karena kita tidak tertarik dengan isinya. Kita tidak memiliki motivasi dan alasan kenapa harus menghafalkan itu.

Pastikan kamu mengetahui “Apa Manfaatnya Bagiku?”

B. Menggambarkan

Otak akan lebih mudah mengingat visual daripada verbal. Hal ini terbukti ketika kita lebih bisa membayangkan sebuah gambar lengkap dengan komponen di sana daripada kita menghafalkan sederet list kata yang menjadi objek dalam gambar tadi. Bukankah lebih mudah membayangkan gambar “Bayi yang menangis ketika disuntik dokter dan membuat orang tuanya terkejut” daripada menghafalkan katanya?

Kita tahu bahwa otak kanan dan kiri memiliki perbedaan kecenderungan kegunaan. Otak kiri biasanya kita pakai untuk hal yang berhubungan dengan menghitung angka, belajar pemrograman, berpidato, dan mengikuti petunjuk. Sebaliknya, otak kanan untuk menari, melukis, dan memainkan musik. Namun, gambarlah dengan kedua bagian otakmu dan jangan salah satunya saja. Oleh karena itu, kita butuh namanya asosiasi.

C. Mengasosiasikan

Karena gambar saja tidak cukup untuk memberi ide yang lebih luas, kita bisa mengaitkan suatu gambar dengan ide tertentu. Kegiatan mengasosiasikan ini akan sangat membantu dirimu untuk mengingat sebuah informasi dengan lebih lengkap, beserta informasi atau ide yang tersimpan di dalamnya. Contohnya adalah ketika kita mencium buku baru, mungkin kita akan langsung teringat pada sebuah buku favorit yang diberikan oleh orang spesial atau buku yang pernah cukup mengubah hidup kita.

Thinking. Sumber : Pinterest

Pemicu Ingatan

Pernahkah kita mengingat sesuatu di masa lalu itu yang begitu kuat teringat dan yang tidak? Ini bisa jadi berkaitan dengan faktor pemicu ingatan. Ingatan yang kita ingat dengan baik bisa jadi walaupun sudah lama sekali terjadi, tetapi sangat baik kita rekam karena dipicu oleh suatu faktor. Ada empat faktor yang bisa memicu ingatan :

  1. Rasa
  2. Emosi
  3. Perbedaan
  4. Awal akhir

A. Rasa

Apa makanan favoritmu? Bisakah kamu sekarang membayangkan lagi bagaimana rasanya makanan favoritmu itu? Jika kamu pecinta bakso sepertiku, kamu mungkin bisa membayangkan kenikmatan daging bakso yang begitu gurih dengan tekstur yang cukup berdaging dengan kuah kaldu sapi yang sangat menggungah selera. Apalagi jika membayangkan waktu bulan puasa, sepertinya lebih seru lagi :D.

Begitulah rasa bisa menangkap momen ingatan dengan lebih baik. Namun, sejatinya faktor rasa itu bukan hanya berkaitan dengan lidah dan rasa makanan saja. Rasa di sini maksudnya adalah sense yang kita rasakan dengan seluruh indra tubuh. Tidak hanya lidah, tetapi juga mata, telinga, kulit, dan hidung.

a. Penglihatan
Menurut sebuah artikel di koran New York Times, “The Brain’s Memory System Comes Into Focus” karya Philip Hilts, katanya otakmu memecah informasi jadi beberapa komponen dan menyimpannya secara terpisah. Bahkan, ketika kita mengingat bentuk kuda, kita tidak mengingatnya secara satu utuh. Namun, mengingat pecahan-pecahan bagian lalu menyatukannya jadi utuh.

b. Suara
Dengan intonasi khusus atau suara yang khas, suatu momen atau pesan bisa jadi lebih teringat.

c. Gerakan
Ketika kita menegakkan diri saat duduk, ini bisa meningkatkan fokus karena seolah tubuh berkata, “Hey fokuslah ke depan.”

B. Emosi

Emosi itu luas, tidak hanya marah, tetapi juga cinta, kebahagiaan, dan duka. Ingatan yang dibalut emosi tentu akan lebih teringat. Buktinya, momen ketika kamu jatuh cinta dan patah hati bukankah momen yang tidak terlupakan? Kalau kata film, “Jatuh cinta itu anugerah, patah hati itu musibah.

C. Keragaman

Biasnya keragaman atau faktor aneh itu cenderung lebih mudah diingat. Bukankah demikian? Nah, dengan ini juga kita bisa mengingat lebih baik. Misalnya untuk mengingat beberapa angka dalam konteks pelajaran, bayangkan sebuah angka itu berada pada benda (entah jumlahnya, entah angka tertulis di benda itu).

D. Awal dan Akhir

Biasanya, kita lebih mudah mengingat awal dan akhir dari suatu hal, contohnya film. Kita bisa memanfaatkan ini untuk menghafal suatu hal yang kompleks. Kita bisa membagi-bagi daftar yang harus dihafal agar lebih mudah. Misalnya dari daftar film yang ada bisa kita pecah berdasarkan genrenya. Rasanya dengan demikian jumlah film yang bisa kita ingat akan semakin banyak.

Alat Pengingat

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kita sudah memahami faktor apa yang memengaruhi proses ingatan manusia. Selain itu, kita juga sudah memahami pemicu-pemicu ingatan yang bisa membantu kita dalam mengingat. Kita perlu sebuah alat atau metode mengingat yang praktis untuk bisa meningkatkan ingatan kita.

Dengan mengasosiasikan satu hal dengan yang lainnya, kita bisa membuat alat. Salah satunya yang terkenal adalah jembatan keledai. Jembatan keledai adalah cara mengingat beberapa hal dengan menjadikannya sebuah narasi, seperti halnya ketika kita mengingat unsur-unsur kimia di tabel periodik pada gambar berikut.

Jembatan Keledai Tabel Periodeik. Sumber : Quora

Metode FLOW (Mengalir)
Namun, dibandingkan jembatan keledai, ada metode yang lebih efektif yang bisa kita gunakan, yaitu FLOW. Dia memberikan ingatan yang lebih baik karena asosiasinya menggunakan pola yang lebih kita kenal. Alat ini disebut FLOW karena membiarkan pikiran mengalir melalui ruang yang kita kenal dengan baik dan mengasosiasikan informasi yang sudah diingat dengan benda khusus yang digunakan pada urutan tertentu saat kita melewati ruangan-ruangan itu. Jadi, asosiasinya lebih mudah karena mengacu pada hal-hal yang sudah kita ingat secara refleks daripada jembatan keledai yang kita juga selain menghafalkan asosiasinya, juga menghafalkan sebuah narasi/pola/cheat baru untuk mengingat.

Karena buku ini dalam versi Bahasa Indonesia, buku ini menjelaskan FLOW itu kepanjangan dari :

  1. Familier : Memilih tempat yang kita kenal dengan baik. Misal rumah, kos, kampus, dll.
  2. Lokasi : Pilih sebuah area/ruangan khusus di tempat tersebut dan satu benda khusus untuk mengasosiasikannya. Misalnya area pintu masuk dan bendanya adalah sakelar lampu yang bisa naik/turun. Ini tujuannya untuk “menempelkan” hal yang ingin diingat.
  3. Order : Memilih urutan secara alami dari lokasi yang sudah dipilih tadi.
  4. leWati : Ini penting karena bermakna sebuah pola alami yang akan kita lewati dalam proses mengingat nanti. Simpelnya, aspek terakhir ini adalah semacam run.exe dari program ingatan yang sudah kita buat dari tiga aspek sebelumnya. Jadi, pastikan pikiran kita mengalir begitu saja untuk mengingat pola yang sudah kita susun.

Pada penjelasan buku ini, skema FLOW ini memang ditekankan untuk memilih urutan area khusus dalam tempat yang kita ingat dengan baik (familiar) untuk membuat alur yang mudah. Namun, juga pastikan area khusus ini memiliki benda-benda yang bisa “ditempelkan” ingatan. Area ini bisa berupa ruangan, bagian dari rumah, atau sebuah area kecil yang ikonik di rumah, seperti pintu depan, ruang tamu, balkon, dapur, kamar mandi, teras rumah, dan kolam tengah rumah. Bukan sebuah area yang terlalu polos tanpa apapun.

Kemudian, ada konsep PAKU (Pilihan Amat Kuingat Unik) untuk mendukung FLOW. Memang singkatannya agak sedikit memaksa karena lagi-lagi ini buku terjemahan. PAKU ini menekankan tentang benda-benda yang menjadi acuan untuk “menempel” ingatan di setiap area khusus FLOW.

Contoh :
Misalnya ketika aku merangkai nama-nama hewan unggas yang perlu dihafalkan, misalnya ada ayam, angsa, dan bebek. Kemudian, kita memulai menghafal dari rute dapur hingga teras rumah. Katakanlah kita bisa mengaitkan ayam dengan mangkok bergambar ayam di dapur kita. Kemudian, angsa dengan pintu rumah kita yang berwarna putih. Terakhir, kita bisa mengaitkan bebek dengan motor di teras kita yang sering disebut “motor bebek”.

Walaupun contoh di atas terkesan harus ada pemicu dari barang yang kita kaitkan dengan ingatan, sebenarnya tidak harus selalu begitu. Kita bisa mengaitkan benda apapun secara random dengan ingatan kita. Namun, dengan adanya pemicu yang selaras akan bisa memudahkan ingatan tadi.

Alat Pengingat Cepat
Namun, terkadang kita membutuhkan alat pengingat cepat untuk membantu kita mengingat hal yang penting saat itu juga. Berikut beberapa referensi alat pengingat cepat yang bisa digunakan.

  1. Ulang dan Ingat
    Kita bisa secara simpel mengulang ingatan kita, baik dengan cara mengucapkannya keras-keras, maupun dengan gerakan khusus atau menggambarkannya. Ada konsep 10–24–7 yang bermakna 10 menit, 24 jam, 7 hari. Maksudnya adalah kita bisa secara aktif melatih otak mempertahankan informasi itu untuk saat itu atau di jangka panjang dalam 10 menit, 24 jam, dan 7 hari usai pertama kali mempelajarinya.
  2. Pelangi
    Merah, jingga, kuning, hijau, dst. merupakan warna pelangi yang kita kenal. Kita bisa mengaitkan sebuah ingatan dengan warna-warna ini. Misalnya ketika kita ingin orasi/pidato sebagai seorang ketua acara tertentu, kita bisa menghafalkan poin-poin orasi/pidato dengan meletakkan poin-poin tersebut dengan highlight warna masing-masing. Jadi, misalnya kita mengingat merah untuk salam, jingga untuk ucapan selamat datang, kuning untuk penjelasan utama, dst.
  3. Petunjuk
    Sebuah petunjuk bisa mengaitkan ingatan untuk hal tertentu. Terkesan kuno, tetapi cara ini masih sering dan cukup efektif digunakan dalam waktu singkat. Misalnya jika kita ingin buru-buru meninggalkan meja kerja, tetapi masih ada yang harus kita lakukan setelah kembali nanti, kita bisa meninggalkan telepon atau benda tergeletak tidak sebagaimana mestinya di meja kerja. Lantas, dengan harapan saat kita kembali, kita akan refleks mengingat kejadian/keinginan di awal dengan barang tersebut.
  4. Akronim dan Kalimat Kreatif
    Ini juga cara lama, seperti jembatan keledai tadi. Kita bisa menghafal dengan memadukan akronim huruf depan dari deretan hafalan kita atau membentuknya jadi sebuah kalimat kreatif. Seperti mejikuhibiniu untuk warna pelangi dan kalimat “Mama Venus Beli Motor Jupiter Satu Untuk Nenek” untuk menghafalkan nama-nama planet.

Key Takeaways

Sebagai seorang anak yang sembari dulu pasti pernah struggle menghafalkan sesuatu (bahkan sampai sekarang mungkin), mengetahui tips di buku ini sangat membantu. Walaupun mungkin ada beberapa metode yang pernah kita temui, kita jadi ter-refresh dengan adanya validasi dari buku ini. Ini menunjukkan betapa hebatnya kemampuan otak kita. Hanya saja, coba jangan dipakai untuk satu hal yang sama terus atau lakukan dengan cara yang berbeda. Sebab, ternyata otak memiliki lebih dari satu tujuan kegunaan yang bisa kita optimalkan.

Apalagi mungkin beberapa momen (walaupun tidak semua), aku sering menemukan juga beberapa anak cerdas yang super jenius, tetapi terkadang mereka kurang bisa meregulasi emosi mereka. Mungkin, ini asumsiku, ketidakmampuan dirinya meregulasi emosi sewaktu kecil membuat mereka mudah mengingat banyak hal, termasuk teori-teori pelajaran yang membuat mereka lebih cepat memahami materi, menghafal, dan menghitung. Namun, tentu emosi yang tidak mampu teregulasi dengan baik juga buruk. Artinya, ini tinggal proses pendewasaan saja saat kita tahu emosi bisa memicu ingatan dengan baik, tetapi harus bisa kita regulasi kapan dikeluarkan dan bagaimana reaksi sebelum-setelahnya.

Tentang Katapudin

Halo, perkenalkan namaku Pudin, seorang mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung saat ini. Aku sangat suka menulis tentang hidup, teknologi, buku, serta hal-hal random lainnya dan mulai menulis di Medium sejak 2022.

Sebagai orang yang sering overthinking dan overanalysis, menulis sangat membantuku berpikir lebih baik sekaligus menyebarkan pemikiranku kepada banyak orang. Aku suka berdiskusi dan juga punya mimpi besar untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Hubungi aku lebih jauh di Instagram. Mari kita berkoneksi, berdiskusi, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik!

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore