Time is Yours

Terkadang Bukan Soal Waktunya, tapi Usahanya

Kata Pudin
7 min read2 days ago
Waktu. Sumber : Pinterest

Bandung, 13 Juni 2024

Beberapa waktu ini, aku memang sudah selesai dengan tubes-tubes yang cukup membuata beban pikiran. Sisa satu tugas mandiri lagi. Namun, aku malah menyibukkan diri dengan ikut lomba sana-sini. Lomba yang berbeda-beda ditambah lagi dengan bertemu dengan orang yang berbeda-beda pula (karena hampir semua lombanya aku ikuti dengan tim yang berbeda). Namun, memang tidak semua di tahap persiapan. Ada yang sudah di tahap finalisasi. Kok mau sih ngerelain waktu libur dimana orang udah pada pergi main, liburan naik gunung, dll, tapi malah masih sibuk sendiri?

Hal ini bermula dari beberapa masa yang lalu, aku punya keresahan,

Gimana ya caranya aku bisa nemu tim lomba yang cocok?

Kok kayanya orang-orang yang menang terus itu biasanya punya temen lomba yang udah klop gitu?

Keresahan-keresahan itu mendorong aku untuk coba ikut beberapa kompetisi (lagi) setelah berdamai dengan beban pikiran proses pencalonan ketua himpunan kemarin.

Ternyata pengalaman berkompetisi dengan macam-macam orang di luar sana memberiku suatu pelajaran tentang manajemen waktu. Gimana maksudnya?

Sebuah Pelajaran Berharga

Ketika butuh waktu untuk bertemu membahas sebuah perlombaan, tidak jarang aku menemukan ketidakcocokan waktu yang kita alami. Entah karena ada agenda akademik, entah karena ada janji main dengan teman. Cukup wajar saja sebenarnya karena sudah masa libur, siapa juga yang tidak ingin main kan? Aku juga mau, hahaha :D

Namun, terkadang tantangan muncul dari menyikapi perbedaan waktu ini. Kadang juga pikiran ini secara suuzon berpikir, “Apa mereka anggap lomba itu ngga terlalu penting ya? Jadinya mereka luangin waktunya buat yang lain.” But, lagi-lagi aku berpikir ini terlalu dangkal dan terkesan suuzon sekali. Rugi sekali aku jika berpikir begini.

Jika aku bisa merefleksi, bisa juga mereka sedang ikutan banyak lomba sepertiku dan harus membagi waktu dengan lainnya. Namun, memang kadang berpikir, “Apa tidak bisa kerjaan kompetisi ini diselipkan di waktu tertentu mereka? Apakah memang full 24 jam mereka sudah ter-booking secara intensif untuk kegiatan mereka sendiri?” Setelah aku berbicara kepada beberapa orang, aku jadi menemukan sebuah insight.

Disclaimer: Tidak semua orang merasa begini.

Konsep Manajemen Waktu

“Boleh tolong sebutkan kekurangan kamu?”, konon pertanyaan serupa tidak jarang kita temui di wawancara beasiswa, magang, atau kepanitiaan. Lantas, ada juga jawaban seperti, “Saya sedang belajar manajemen waktu.” Memangnya apa yang salah dari manajemen waktumu? Kamu tidak bisa mengatur waktumu sendiri? Kamu tidak bisa mengatur kapan jadwal makan, mandi, tidur, dll?

Tidak sedikit dari kita mungkin berpikir masalah kita dalam manajemen waktu itu adalah kita kesulitan mengatur prioritas/urutan kegiatan yang baik. Padahal, bagaimana selama ini kita bisa hidup jika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu? Seperti harus wudhu sebelum salat?

Jika ditanya sebenarnya apa yang orang alami sehingga menyebabkan mereka berkata, “kurangnya manajemen waktu”, biasanya karena mereka melakukan sesuatu, tetapi tidak berhasil selesai dalam waktu yang telah direncanakan. Bisa juga pekerjaan itu memang dirancang tanpa batas waktu spesifik sehingga tiba-tiba saja waktu terasa begitu cepat. Lalu, akhirnya waktu yang digunakan tidak sempat dipakai untuk hal lain yang ternyata jika dipikir-pikir, ada saja kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan hanya dalam waktu singkat dan bisa disempatkan di sela-sela kegiatan tersebut.

Important-urgent Matrix. Sumber : The Blog Relay

Inilah letak miskonsepsinya. Jadi ada dua hal yang menurutku menjadi akar masalah dari manajemen waktu ini :

  1. Orang gagal memaksimalkan waktunya. Menurutku, manajemen waktu itu tidak serta merta soal bagaimana kita sudah pandai mengalokasikan waktu untuk melakukan sesuatu, seperti memberi durasi 20 menit untuk salat, 10 menit untuk berjalan ke kampus, atau semacamnya. Padahal, itu juga perihal bagaimana kita mengerahkan fokus dan mindfull ketika kita mengerjakan sesuatu. Seperti contohnya, saat SMA dulu bahkan, dalam diklat atau LDKMS, kami selalu diajarkan, “Bukan solatnya yang dipercepat mbak mas, tetapi langkahnya!” Kami tidak jarang diberi waktu hanya 20 menit saja untuk melakukan salat seangkatan. Oh bukan, itu bukan hanya salat, tetapi sudah termasuk waktu berjalan meninggalkan dan kembali ke lapangan utama. Bagi beberapa orang ini tidak masuk akal, tetapi masuk akal saja bukan kalau misal kita pecah jadi : 1 menit berjalan-2 menit berwudhu-2 menit delay gantian berwudhu-14 menit salat dan dzikir-1 menit kembali ke lapangan. Oleh karena itu, kadang kita perlu koreksi bagaimana kita memaksimalkan menit-menit kita untuk melakukan sesuatu, apakah sudah maksimal usahanya?
  2. Mengurangi melakukan hal tidak penting dan tidak mendesak. Dalam matriks important urgent, kita mengenal ada empat kuadran dan salah satunya adalah kegiatan tidak penting dan tidak mendesak, contohnya bermain game atau menonton series. Seringkali kita terlena melakukan kegiatan yang berada di sini karena menganggap “ini kegiatan istirahat” dari penatnya pekerjaan. Padahal, definisi istirahat tidak demikian. Harusnya, istirahat itu akan menjadi penting jika dan hanya jika kita sudah berusaha maksimal. Namun, lagi-lagi juga bukan sembarang istirahat, tetapi istirahat yang berkualitas. Kita sering malah di tengah pekerjaan dengan dalih “istirahat” justru melakukan hal tidak penting tidak mendesak secara berlebihan. Padahal, spare waktu ini jika digunakan untuk selipan kegiatan lain yang ada di to do list kita akan lebih berguna. Kadang masalah keikhlasan untuk mengurangi melakukan hal tidak penting tidak mendesak ini yang perlu diperbaiki.

Latihan Manajemen Waktu

Walaupun tidak serta merta karena dua faktor yang kusebutkan sebelumnya, memang faktor lain seperti manajemen emosi, manajemen mental, dll, juga turut memengaruhi manajemen waktu kita. Pasalnya, tidak jarang mood memengaruhi keputusan terhadap apa yang mau kita lakukan. Akan lebih baik juga kalau kita bisa men-tackle semua masalah ini.

Oleh karena itu, pentingnya seseorang berlatih terhadap manajemen waktunya. Namun, tahukah bagaimana cara manajemen waktu yang baik? Kata beberapa orang, ikut organisasi dan kepanitiaan bisa melatih manajemen waktu. Namun, memangnya apakah kita tahu secara spesifik bagian apa dan yang bagaimana yang bisa melatih manajemen waktu? Bukannya juga masih banyak orang yang tidak bisa memegang amanah dengan baik atau justru akademiknya tertinggal karena kegiatan lain?

Manajemen waktu bagiku adalah ketika kita bisa tetap excellent melakukan objektif kita terhadap setiap tanggung jawab dengan baik pada rentang durasi waktu yang sama. Artinya, ini membutuhkan lagi-lagi hal yang sudah disebutkan sebelumnya, seperti bagaimana memaksimalkan usaha dalam satu waktu berkegiatan, mengatur urutan prioritas, hingga memaksimalkan waktu dengan me-replace kegiatan tidak penting tidak mendesak dengan to do list lain yang jauh lebih penting dan mendesak.

Pengalamanku di Divisi Festival Ramadhan saat masih mengurus acara Ramadhan di Salman, yaitu P3RI 1444 H, aku menyadari hal ini. Ujian ketangguhan kita terhadap manajemen waktu itu sesungguhnya bukan terletak di awal kepanitiaan, bagaimana kita bisa mempersiapkan tim dengan baik. Not only that. Justru, timeline di pertengahan keberjalanan itulah yang melatih ini. Peak time yang justru ketika sudah banyak konsep rencana, anggota yang sudah mulai paham tugasnya, hingga hari H yang sebentar lagi terlaksana, menguji apakah kita masih konsisten untuk memberikan kontribusi terbaik bagi tim pada detik ini. Apalagi juga diuji oleh tuntutan akademik yang terus berjalan. Jadi, justru kesempatan menguji diri itu letaknya ada di pertengahan, bukan di awal, apalagi akhir.

Kembali lagi soal cara melatih manajemen waktu. Jadi seperti apa cara yang baik? Menurutku, cara yang baik :

  1. Pahami batasan kondisi yang kita punya dulu. Sebab, meraba kemampuan dan kesanggupan sekarang akan lebih memudahkan titik start kita.
  2. Pahami kondisi yang kita harapkan seperti apa atau kondisi yang lebih optimis bisa kita capai oleh diri kita sebenarnya, tetapi saat ini masih belum maksimal. Memahami ruang potensi pertumbuhan ini penting untuk kita membuat target mau seperti apa kita nanti.
  3. Pahami gap nya. Apa saja yang perlu kita ubah dari kebiasaan atau perilaku kita agar gap ini bisa tercapai. Pahami juga kemudian lewat apa kebiasaan atau perilaku itu bisa kita benahi satu-satu. Ingat! Tidak selalu satu cara bisa mengubah semua perilaku dan kebiasaan. Sering kali, kita butuh lebih dari satu cara.
  4. Terakhir adalah komitmen dan lakukan saja. Jujur langkah terakhir ini adalah langkah yang paling tidak ada teorinya dan terkesan, “ya tinggal dilakuin aja ga sih?” Memang hanya tinggal lakukan saja. Ini yang berat untuk bisa melawan rasa malas atau ketakutan awal untuk keluar dari zona nyaman.

Ketika Kita Terus Memperbaiki Manajemen Waktu

Keitka menulis tulisan ini, bukan berarti aku sudah menjamin manajemen waktuku bagus. Belum, aku juga masih belajar. Namun, aku hanya ingin bagikan sedikit perspektif tentang apa yang bisa kita perbaiki tentang manajemen waktu kita.

Kemudian, mungkin ada juga yang berpikir kok sepertinya memperbaiki manajemen waktu ini seolah-olah seperti jadi orang yang selalu dikejar waktu. Seolah-olah kita jadi terlalu ambisius sehingga lupa hal-hal penting sederhana dalam hidup. Inilah yang mungkin perlu aku sedikit luruskan.

Memaksimalkan waktu itu bukan perkara kita menjadi orang paling ambisius di dunia. Ambisius dan tidaknya kita tergantung muaranya seperti apa. Namun, bukankah jika kita pandai memaksimalkan waktu, kita juga bisa semakin memaksimalkan manfaat yang bisa kita sebar pada manusia? Ada juga orang sibuk yang pandai memaksimalkan waktu, tetapi dia pakai meluangkan waktu untuk memaksimalkan kuadran keempat matriks important-urgent. Jadi, sudah kita gunakan untuk apa waktu kita?

Tentang Katapudin

Halo, perkenalkan namaku Pudin, seorang mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung saat ini. Aku sangat suka menulis tentang hidup, teknologi, buku, serta hal-hal random lainnya dan mulai menulis di Medium sejak 2022.

Sebagai orang yang sering overthinking dan overanalysis, menulis sangat membantuku berpikir lebih baik sekaligus menyebarkan pemikiranku kepada banyak orang. Aku suka berdiskusi dan juga punya mimpi besar untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Hubungi aku lebih jauh di Instagram. Mari kita berkoneksi, berdiskusi, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik!

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore