Membedah Orang Sibuk

“Sibuk bener ya lo sekarang?”

Kata Pudin
6 min readMay 2, 2024
Sibuk. Sumber : Pinterest

Sewaktu aku mempersiapkan pencalonan ketua himpunan beberapa waktu lalu, aku menyempatkan untuk menghubungi dan mewawancara beberapa orang. Kebanyakan adalah para kating yang menjadi stakeholder (rata-rata ternyata mereka juga sudah punya intern) dan alumni. Tidak sedikit aku menemui mereka yang cukup slowrespon karena satu dan lain hal. Namun, perlakuan-perlakuan ini membuatku berpikir,

“Oh, memangnya nanti kalau sudah semakin dewasa atau sudah kerja, aku bakal sibuk dan tidak ada waktu melakukan hal-hal remeh seperti dulu ya?”

Esensi Sibuk

Jika dipikir-pikir, memang tidak salah jika sibuk pada akhirnya memengaruhi waktu kita untuk bisa melakukan ini dan itu. Tidak akan bisa sebebas dulu. Apalagi, kesibukan yang terjadi pasti bukan tidak beralasan. Entah karena mereka mengejar mimpi-mimpi, entah juga karena ada kondisi darurat yang memaksa seseorang harus mengembalikan taraf hidupnya.

Namun, memang karena aku belum tiba di tahap aku akan bekerja nantinya, aku belum terbayang seperti apa dunia kerja. Mungkin setelah internship, aku akan memiliki sudut pandang yang berbeda. Nanti lah akan ada ceritanya jika aku ingat, wkwk.

Oh iya, tetapi tidak semua orang benar-benar setidak punya waktu itu untuk berhubungan dengan orang lain. Ada juga temanku yang ketika sudah bekerja masih memiliki waktu untuk saling berkabar denganku, punya waktu untuk melakukan hobi, dan silaturrahmi ke tempat lain. Namun, sungguh perspektifku saat ini berkata seolah-olah waktuku tidak akan bebas dan tidak akan banyak setelah aku bekerja nanti. But, let me know ya guys jika ada yang membaca ini dan kalian sudah bekerja, apa yang kalian rasakan.

Berkaitan dengan sibuk ini, aku menemukan sebuah perspektif baru ketika bertemu dengan Kak Royyan. Seseorang yang hebat, mantan K3M ITB, tetapi saat ini sudah bekerja (saat tulisan ini di tulis, beliau menjadi Manager di eFishery). Awalnya aku berpikir mereka yang sudah bekerja tidak jauh dari perspektif awalku tadi. Sibuk, cukup sulit ditemui, dan memang tidak mudah untuk “dicuri” ilmunya sewaktu-waktu karena masalah waktu.

Namun, persepsiku atas hal ini dipatahkan. Dari semenjak aku bertemu langsung dengan Kak Royyan sampai detik ini, aku merasa memang beliau terkadang sibuk satu dan lain hal. Namun, beliau selalu menyempatkan waktu untuk bisa membantu adik-adik tingkatnya mengelola organisasi, berbagi ilmu tentang berbagai macam hal, dan berkenan meluangkan waktu untuk berbagi ketika diminta (misal diundang ke IRAMA, Pembinaan Perintis, RK, Kadwil STEI, dll). Salah satunya adalah ketika memberiku pertimbangan saat aku ingin maju menjadi ketua himpunan. Juga kepada Kak Dhanil saat maju menjadi calon K3M. Aku sangat takjub. Tentu selain karena insight yang dibagikan, terutama juga karena masalah waktu.

“Bagaimana bisa orang sesibuk dan sekapabilitas ini masih punya banyak waktu yang disempatkan untuk menemui orang-orang dan membantu mereka bertumbuh?”

Aku jadi mempertanyakan tentang esensi sibuk dan bagaimana cara mengelola sibuk.

Dalam suatu waktu aku pernah berbicara dengan Kak Royyan, aku mengambil kesimpulan ternyata ini hanya tentang masalah manajemen waktu. Tidak semua orang bisa mengatur waktunya untuk memiliki keluangan lebih. Namun, tidak semua juga yang pada akhirnya sedikit memiliki waktu luang adalah orang yang buruk dalam mengelola waktu mereka.

Mungkin, bisa dibilang setiap orang memiliki prioritas waktunya. Mereka yang baru saja bekerja dan belum menikah, juga memiliki kebutuhan untuk memiliki orang yang dicintai. Ada dari mereka yang cukup padat bekerja, tetapi juga masih meluangkan waktu untuk berhubungan, jalan, atau hangout dengan pasangan mereka. Ada juga dari mereka yang ingin meluangkan waktunya untuk membuat konten dan melihat tren di sosial media mereka. Ada juga yang menyempatkan waktunya untuk bisa berhubungan dengan orang-orang di luar sana. Menurutku, itu tergantung bagaimana mereka termotivasi mengelola waktunya untuk apa. Salah satu esensi dari manajemen waktu adalah soal tujuan.

Tujuan memberikan kita visi untuk mengelola waktu yang kita punya. Ketika kita memiliki tujuan untuk membantu suatu kelompok, mungkin waktu luang kita akan digunakan untuk membuat progress atas tujuan kita tadi, baik sedikit, maupun banyak. Itu yang aku suka. Semakin dewasa kita, semakin kita menghargai betapa berharganya sedetik waktu yang kita punya.

Begitu pula ketika aku menyadari orang-orang yang baru saja memiliki anak pertama. Aku menyadari tentu banyak waktu yang perlu diluangkan para orang tua untuk selain merawat anaknya, tetapi juga belajar tentang parenting untuk memberikan yang terbaik pada buah hati. Tujuan mereka adalah untuk menumbuhkembangkan sang buah hati dengan upaya terbaik.

Kontribusi Hidup

Aku sendiri tidak terlalu suka dengan cap bahwa seseorang itu cukup sibuk. Menurutku, mereka hanya memiliki prioritas atas hal yang terjadi pada hidupnya masing-masing. Aku sendiri termotivasi untuk tidak menjadi orang yang sangat sibuk sampai tidak memiliki waktu untuk setidaknya memiliki hubungan sosial dengan orang lain atau membantu orang lain. Menurutku, dengan memberi kontribusi bantuan kepada orang lain, kita telah membuat sebuah tindakan tanggung jawab atas kenapa Allah bisa memampukan kita dengan segala kapabilitas memiliki kesibukan saat ini.

Aku sangat terinspirasi dari beberapa orang yang pernah aku temui dalam hidup, seperti ayahku, ketua RW ku, Pak Anies, dan Mas Her. Sebetulnya maish banyak juga yang lainnya. Mereka merupakan sosok-sosok yang memiliki kesibukan dengan waktu mereka masing-masing, tetapi masih berusaha membantu orang lain dengan cara serta tujuannya masing-masing.

Pelajaran hidup tentang memberi kontribusi untuk membantu lingkungan ini sebetulnya sangat aku dapatkan di asrama. Kehidupan asrama merupakan miniatur kehidupan bersosial masyarakat ke depan.

Bayangkan jika suatu saat di masa depan, kamu adalah seorang direktur keuangan perusahaan besar, lantas kamu diminta tolong untuk menjadi Bendahara acara 17 an RT. Namun, kamu menolak hanya karena kamu merasa menjadi Bendahara tidak memberi dampak apapun kepada dirimu karena tidak ada tantangan, seperti posisimu di direktur keuangan. Pada akhirnya, kamu berkesimpulan bahwa menjadi Bendahara acara RT hanya menambah kesibukan sia-sia. Hanya karena alasan kesia-siaan itu, tetapi apakah pantas demikian?

Sama halnya ketika asrama memiliki acara-acara sendiri, seperti Family Gathering dan Last Moment. Keduanya tidak lebih hebat dari acara sebesar P3RI yang mengumpulkan ratusan jamaah setiap harinya, OSKM yang butuh persiapan berbulan-bulan, bahkan maju menjadi ketua himpunan yang akan punya pengaruh terhadap ratusan manusia di dalamnya. Memang tidak lebih hebat dari itu. Namun, ini adalah acara lingkungan asrama. Acara ini dibuat atas dasar keinginan untuk menyatukan penghuninya. Atas dasar mimpi asrama menjadi tempat bertumbuh bersama dan bukan sekadar tempat tinggal bersama, acara demikian akhirnya muncul. Apakah memangnya tidak juga penting? Atau justru sia-sia karena tidak bisa masuk CV?

Simulasi kondisi serupa memang sangat krusial untuk mempersiapkan diri kita dengan badai-badai di masyarakat nanti. Inilah yang dinamakan kontribusi. Tidak bisa diukur dengan seberapa memberikan peningkatan kapasitas diri, tetapi soal bentuk tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Kesadaran tanggung jawab ini harusnya membawa kita juga pada tujuan manajemen waktu kita. Kita tidak melakukan kontribusi ala kadarnya, tetapi kita memberikan sesuai kemampuan kita dengan waktu yang sudah dimaksimalkan.

Key Takeaways

Jadi, jika ditanya, “Sibuk bener ya lo sekarang?”, mungkin kita bisa memiliki beberapa asumsi terhadap si penanya dan diri kita. Bisa jadi, memang ada suatu interaksi yang berubah antara kita dengan si penanya, ada juga memang yang berubah dari pola hidup kita, atau ada tujuan yang berubah dari kita saat ini. Namun, persoalan sibuk adalah persoalan manajemen waktu. Tidak berarti juga orang sibuk, manajemen waktunya buruk. Namun, belum tentu juga sebaliknya. Ini hanya tentang tujuan dari hidup kita.

Dalam mempertimbangkan manajemen waktu juga, jangan sampai terlalu jumawa dan terlupa dengan tangung jawab kita kepada lingkungan atau yang disebut sebagai kontribusi. Ada kapasitas yang terus perlu ditingkatkan, tetapi juga ada orang lain yang perlu kita beri dampak. Bahkan, Rasul sendiri menyuruh kita untuk memastikan tetangga kita merasa aman dan nyaman. Semoga kita tumbuh menjadi orang-orang yang bijaksana waktu, ya!

Tentang Katapudin

Halo, perkenalkan namaku Pudin, seorang mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung saat ini. Mulai menulis di Medium sejak 2022.

Terkadang, aku overthinking dan overanalysis. Oleh karena itu, aku suka menulis karena sangat membantuku berpikir lebih baik sekaligus menyebarkan pemikiranku kepada banyak orang. Aku suka berdiskusi dan juga punya mimpi besar untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Hubungi aku lebih jauh di Instagram. Mari kita berkoneksi, berdiskusi, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik!

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore