Digital Native : Perbedaan Proyek Era Digital

Tidak Pernah Ada Kata Selesai

Kata Pudin
4 min readMay 23, 2024
Teknologi. Sumber : Pinterest

Halo guys! Seri Digital Native ini akan membahas hal-hal berkaitan dengan teknologi dan digital. Di episode kali ini, aku ingin membahas salah satu fenomena menarik tentang proyek di era digital.

Istilah proyek sudah dikenal sejak lama dan identik dengan mengerjakan suatu misi besar. Paling sederhana kita mengenal proyek pembangunan jembatan, proyek perbaikan jalan, proyek jalan tol, dll. Namun, sebelum lebih jauh kita harus kenalan dulu dengan istilah proyek lebih jauh.

Apa itu proyek? Bedanya dengan produk?

Menurut kalian, lebih tepat mana berbicara proyek jembatan atau produk jembatan? Lalu, lebih tepat mana berbicara proyek pasta gigi atau produk pasta gigi? Secara sederhana, memang kedunya lebih enak didengar proyek jembatan dan produk pasta gigi. Namun, maksudnya mengapa keduanya harus dibahas bersandingan?

Proyek merupakan sebuah kegiatan pekerjaan dengan suatu tujuan spesifik dan memiliki batas waktu yang jelas. Menurut KBBI, proyek berarti rencana pekerjaan dengan sasaran khusus (pengairan, pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya) dan dengan saat penyelesaian yang tegas. Secara tahapannya, proyek dimulai dari tahap pemunculan keresahan/ide (initiating) hingga ada closing atau akhir dari proyek.

Produk merupakan sebuah benda yang dikembangkan untuk suatu kegunaan tertentu tetapi tidak memiliki batas waktu. Menurut KBBI, produk berarti barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Bisa dibilang juga, hasil dari sebuah proyek menghasilkan sebuah produk. Namun, tidak selalu. Produk tidak memiliki batas waktu. Maksudnya adalah pengembangan produk bisa terjadi sewaktu-waktu dan tanpa perlu mengikuti sebuah tahapan yang jelas seperti proyek yang memiliki titik akhir. Produk dan proyek memiliki kesamaan yaitu menghasilkan sesuatu.

Proyek Versi IT

Nah, proyek ketika berakhir seringkali memang berakhir begitu saja. Misalnya proyek jembatan akan membuat produk jembatan yang bisa digunakan masyarakat. Jika akan dilakukan sesuatu terhadap jembatan, paling-paling jembatan itu akan diperbaiki atau dilakukan perawatan.

Berbeda dengan proyek IT. Per hari ini, rasanya proyek IT tidak akan pernah ada habisnya, walaupun memang tetap memiliki batas waktu pengerjaan. Misalnya ketika sekarang kita membuat sistem untuk sebuah perusahaan memanajemen penjualannya. Dulu, kita mungkin akan terbesit ide untuk membuat website apps. Namun, lama kelamaan ini tidak cukup. Pemilik perusahaan ingin meningkatkan website ini agar bisa diakses lewat mobile. Maka, terciptalah mobile apps. Kemudian, per hari ini juga booming teknologi AI dimana-mana. Perusahaan ingin lebih mengoptimalisasi penjualan dengan AI. Maka, terimplementasilah sistem baru yang terpasang AI.

Proyek IT memang menghasilkan sebuah produk tertentu. Namun, seakan-akan setelah proyek selesai dan hasilnya didapatkan, ada saja hal yang bisa ditingkatkan beberapa waktu kemudian. Rasa-rasanya, output dari IT ini tidak cukup sampai sini. Akhirnya, proyek itu akan di-initiating lagi dan suatu saat akan di-closing lagi.

Secara sekilas kita akan berpikir ini mirip produk. Iya, ini mirip produk. Namun, tidak ada bukan produk yang setiap hari bisa di-improve? Tidak ada pasta gigi yang dijual setiap harinya selalu di-upgrade isinya. Hanya produk IT yang bisa demikian. Oleh karena itu, proses pengembangan produk IT bisa dianggap juga seperti pengembangan dengan proyek-proyek kecil, tetapi terus menerus.

Pergeseran Karakteristik Proyek

Nah, kemudian proyek IT berkembang pesat, baik secara output, maupun secara metodologi. Orang-orang pada zaman dahulu beranggapan bahwa proyek itu dimulai dari perencanaan teknis yang matang dan lengkap, kemudian baru direalisasikan agar menghasilkan produk yang presisi. Dalam dunia IT, metodologi semacam ini juga beberapa kali masih digunakan dan disebut sebagai metode Waterfall. Namun, kebanyakan IT saat ini tidak demikian. Mereka lebih suka menggunakan metode Agile yang berprinsip pada kecepatan pengembangan.

Metode Agile sendiri tidak perlu menunggu spesifikasi lengkap. Asal sebuah proyek sudah bisa didefinisikan secara garis besar, proyek sudah bisa dimulai sembari mematangkan spesifikasi secara utuh. Konsepnya adalah improvisasi produk terus menerus dengan target-target tertentu setiap jangka waktunya. Lantas, mungkin kita bertanya darimana kita tahu proyek bisa berakhir jika bahkan spesifikasi bisa dimatangkan sembari berjalan?

Ada namanya functional requirements dan tujuan proyek. Biasanya, tujuan ini yang akan menjadi acuan sebuah proyek diadakan. Dari tujuan ini, akan diturunkan functional requirements seperti apa yang diinginkan. Lalu, tinggal didefinisikan secara rinci ketika proyek berjalan spesifikasi seperti apa yang diperlukan dari sistem ini.

Sebagai contoh, saat mengembangkan sistem peminjaman buku perpustakaan, tujuan proyek ini adalah membuat sebuah sistem yang bisa melayani peminjaman buku di perpustakaan. Lalu, kita turunkan bahwa sistem ini harus memiliki functional requirements :

  1. Sistem bisa login dan register
  2. Sistem bisa menampilkan daftar buku yang tersedia
  3. Sistem bisa menampilkan detail buku
  4. Sistem bisa mem-booking buku yang hendak dipinjam
  5. Sistem bisa menampilkan riwayat peminjaman buku

Dengan arah yang jelas semacam ini, proyek akan lebih mudah dijalankan. Sembari berjalan pun baru diturunkan setiap requirements ini dengan detailnya, seperti

  1. Sistem peminjaman apakah harus login dulu baru bisa diakses?
  2. Sistem login seperti apa yang digunakan? NIM saja atau perlu kata sandi?
  3. Berapa buku maksimal yang bisa dipinjam setiap orang?
  4. dll.

Pelajaran Penting

Perbedaan proyek konvensional dengan proyek IT adalah pada potensinya untuk terus tumbuh dan tumbuh. Selalu ada celah pengembangan yang bisa ditingkatkan untuk setiap IT yang telah dibuat. Model proyek yang karakteristiknya terus berkembang, menuntut kita sebagai pelaku proyek juga turut memiliki sikap terus berkembang. Kita harus terus menerus belajar hal baru untuk mengikuti perkembangan zaman agar tetap relevan.

Relevansi merupakan indikator yang tetap harus dijaga agar terus bisa memberikan proyek terbaik dengan manfaat terbaik. Jika IT terus menerus bertumbuh untuk membantu hidupmu, apakah kamu tidak ingin terus bertumbuh juga agar kamu bisa mengendalikan IT?

Tentang Katapudin

Halo, perkenalkan namaku Pudin, seorang mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung saat ini. Aku sangat suka menulis tentang hidup, teknologi, buku, serta hal-hal random lainnya dan mulai menulis di Medium sejak 2022.

Sebagai orang yang sering overthinking dan overanalysis, menulis sangat membantuku berpikir lebih baik sekaligus menyebarkan pemikiranku kepada banyak orang. Aku suka berdiskusi dan juga punya mimpi besar untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Hubungi aku lebih jauh di Instagram. Mari kita berkoneksi, berdiskusi, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik!

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore