Bertemu Pengunjung

Harus Ramah dan Penuh Atensi

Kata Pudin
4 min readJun 27, 2024

Bandung, 23 Juni 2024,
Tulisan ini ditulis tepat setelah acara Adha Festival 1445 H diadakan. Mohon maaf jika agak berantakan.

Hari ini, aku berpartisipasi dalam Salman Technofest (STF). Sebuah perlombaan karya tulis ilmiah dengan tema inovasi teknologi untuk qurban. Sebuah rezeki yang bisa membuatku dan tim ini melaju hingga babak Final.

Kami berjuang dalam sebuah tim bernama “The Qurbans”. Isinya ada lima orang, ada aku, luthfi, farhan, saltika, dan agniya. Inovasi yang kami bawa simpelnya adalah sebuah alat pengubah udara menjadi air untuk memenuhi kebutuhan air bagi hewan qurban di wilayah kekeringan.

Foto Tim. Sumber : Dokumen Pribadi

Namun, hal justru menarik datang dari dinamika pengunjung stand. Aku ingin sedikit mengabadikan momen dengan sebuah tulisan. Ada bebreapa pengunjung yang cukup memorable. Bagaimana memangnya?

Si Ibu yang Kritis

Ada seorang ibu bersama anak mudanya, pria, berjalan meninjau salah satu stan kami. Dengan pede nya aku menjelaskan secara sederhana bagaimana alat ini bekerja. Namun, kejanggalan mulai terasa ketika ibu ini mulai bertanya lebih spesifik tentang masalah alat ini. Ternyata setelah saling bertanya asal dan latar belakang, ibu ini adalah seorang dosen Teknik Lingkungan ITB! HAHAHA! Sungguh tidak terduga karena aku berpikir awalnya hanya pengunjung biasa yang penasaran dengan karya mahasiswa.

Namun, betapa senangnya juga kami akhirnya bisa mendapat masukan tak terduga dari ibu ini sebelum benar-benar masuk dalam ruangan presentasi. Berbagai aspek yang akhirnya menjadi catatan langsung kami kerjakan untuk mengantisipasi celahnya. Namun, memang beda rasanya ketika yang bertanya adalah seorang ahli. Setidaknya ketika mereka tidak benar-benar menguasai bidang ilmunya, mereka punya framework berpikir yang cukup komprehensif untuk membedah sebuah persoalan dan inovasi untuk mengambil saran korektif berdasarkan framework tersebut.

Seorang Bapak Berjaket Merah

Bapak ini terlihat sedari awal memang bertanya kepada setiap stan yang ada. Iya! Benar-benar setiap stand. Namun, aku tidak menyangka beliau ternyata membedah dalam-dalam setiap karya di stan itu, termasuk karya kami. Sebuah “pukulan” pikiran tentang memperhatikan sudut pandang pengguna mengharuskan kami menambahkan sebuah concern yang perlu dibahas sedikit lagi sebelum masuk presentasi.

Para Mahasiswa S2

Ternyata kegiatan semacam ini tidak menyurutkan niat orang untuk datang, utamanya para mahasiswa S2. Mereka terlihat memang masih muda dan seperti mahasiswa. Sekilas tidak ada perbedaan yang terlihat. Namun, ketika berinteraksi dan bertanya-tanya, mereka terlihat bisa mengimbangi alur dan justru kadang memberikan pertanyaan teknikal. Acara pameran semacam ini memang membawa pasar tersendiri bagi kalangan mahasiswa S2 dan ke atasnya untuk mencari ide bagi perkuliahan atau tugas akhir mereka.

Penjelasan Alat. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Mbak-mbak Datar

Jika kalian yang membaca ini adalah aktivis Salman, kalian tentu pernah bertemu dengan orang bernama Meutia Farah (WKWKWK maap ter-mention). Mukanya sangat mirip beliau!

Setelah presentasi selesai, kami harus jaga stan kembali. Kemudian, ada seorang mbak-mbak yang datang. Awalnya mbak ini niat bertanya alat yang kami kembangkan, tetapi dengan muka yang cukup serius dan datar hampir tanpa senyum. Bahkan, ketika berbicara nadanya juga sedikit seperti ketus. Namun yang tidak kami sangka, tiba-tiba dia memberikan tanggapan dan berkata,

“Makasih ya kalian udah berjuang untuk membuat alat ini”

Oh tidak!! Bagaimana dia bisa seolah-olah tahu pikiran kami sedang terguncang akibat sesi presentasi dengan dosen tadi? Dari sini aku cukup belajar justru little things can make u something.

Ibu Peternak dari Tanah Jauh

Setelah cerita mbak-mbak tadi, kini giliran saatnya ada dua orang tua yang datang. Mereka bertanya tentang produk kami. Bahkan, terpukau dengan kenapa alat seperti ini tidak ada di daerahnya. Sebab, sebagai peternak beliau pernah mengalami sulitnya mencari air untuk seluruh hewan ternaknya. Berkali-kali ibu ini berharap ada KKN yang wajib diikuti semua mahasiswa ITB. Sebab, ibu ini meras inovasi oleh mahasiswa itu keren-keren. Mahasiswa dianggapnya sebagai orang yang punya ilmu, untuk merangkai alat yang tidak semudah itu.

Namun, satu hal menarik dari ibu ini adalah tentang semangat untuk berpengmas di daerah terpencil. Beliau merasa perlu hadirnya putra putri terbaik bangsa pada wadah ini, apalagi dengan inovasi teknologinya. Ibu ini cukup mengangkat bebanku untuk mengingat bahwa masyarakat bahkan masih butuh orang berilmu untuk memberi dampak bagi sekitarnya.

Sebuah Akhir Kata

Hari ini luar biasa. Walaupun tidak berjalan sesuai ekspektasi, tetap luar biasa dan tidak terlupakan. Memang rezeki belum datang untuk mencicipi podium favorit maupun utama. Namun, aku rasa setelah perenunganku selepas salat, ini sudah bagian dari rencana terbaik-Nya. Hanya Allah yang tahu bagaimana jalan ini menjadi kisah yang lebih indah. Sebab, seperti menonton Boboiboy, bagaimana kita akan tahu Boboiboy dapat kekuatan baru jika sebelumnya tidak dikalahkan oleh villain-nya?

Namun, memang acara hari ini tidak terlepas dari evaluasi, baik bagi peserta, maupun panitia. Salah satunya adalah masalah pemilihan tempat yang tidak begitu besar dan cukup kurang mudah diakses dari lokasi utama menyebabkan kurang nyaman bagi para pengunjung. Sebab, rasanya ketika memasuki lorong pameran, seakan-akan ini seperti pasar yang sangat ramai. Mungkin harus dipikirkan juga soal keluasan wilayahnya. Tapi, tetap terima kasih banyak untuk anggota tim saya. Semoga sukses selalu ke depan, ya!

Foto Jaga Stan. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tentang Katapudin

Halo, perkenalkan namaku Pudin, seorang mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung saat ini. Aku sangat suka menulis tentang hidup, teknologi, buku, serta hal-hal random lainnya dan mulai menulis di Medium sejak 2022.

Sebagai orang yang sering overthinking dan overanalysis, menulis sangat membantuku berpikir lebih baik sekaligus menyebarkan pemikiranku kepada banyak orang. Aku suka berdiskusi dan juga punya mimpi besar untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Hubungi aku lebih jauh di Instagram. Mari kita berkoneksi, berdiskusi, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik!

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore