Belajar Ikhlas dari Keju

Ulasan tentang “Who Moved My Cheese?”

Kata Pudin
4 min readFeb 22, 2024
Who Moved My Cheese Versi Indonesia. Sumber : Gramedia

Kali ini aku ingin membahas satu buku yang mungkin udah sering didengar juga. Judulnya “Who Moved My Cheese?” yang ditulis oleh Spencer Johnson. Buku ini sebetulnya menceritakan tentang bagaimana kita bisa mengikuti dan menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidup kita dengan baik. Buku ini dikemas dalam suatu kisah yang unik, yaitu tentang potongan keju. Bahkan, dalam buku ini mereka menyebut dirinya pernah berubah karena membaca kisah konyol, yang masudnya adalah kisah dalam buku ini. Kalau kalian baca, sebetulnya buku ini bisa dihabiskan dalam satu hari karena ga terlalu banyak isinya juga.

Disclaimer : Tulisan ini mungkin mengandung spoiler

Hikmah dan Isinya
Cerita cheese ini dikisahkan dengan empat tokoh imajiner, yaitu si tikus (Snif dan Scurry) serta si kurcaci (Hem dan Haw). Setiap tokohnya memiliki karakter yang berbeda dan menggambarkan berbagai kondisi yang sering kita alami saat perubahan terjadi. Mereka juga tinggal di dalam labirin yang kadang jalannya gelap, berliku, dan panjang untuk menemukan cheese. Cheese dalam konteks ini bisa kita ibaratkan sebagai sebuah tujuan hidup.

“Semakin penting arti cheese bagi Anda, semakin Anda ingin mempertahankannya.” — Haw

  • Sniff : Dia mampu mengendus perubahan dengan cepat
  • Scurry : Dia mampu yang paling cepat mengambil sikap/tindakan
  • Hem : Dia menolak dan mengingkari perubahan karena takut perubahan bisa membawa keburukan
  • Haw : Dia baru mencoba beradaptasi dan melihat bahwa perubahan bisa mendatangkan sesuatu yang lebih baik

Sniff dan Scurry merupakan tipikal makhluk yang cukup sederhana atau tidak rumit pemikirannya. Ketika cheese yang ada di sekitarnya habis, mereka langsung memakai sepatunya untuk langsung mencari cheese baru. Sniff mengendus perubahan itu pertama kali dan Scurry langsung berlari kencang menuju tempat baru, diikuti oleh Sniff.

Beda halnya dengan para kurcaci. Haw dan Hem berpikir lebih keras dan lama saat ia menghadapi perubahan. Hem menolak seolah-olah perubahan atas habisnya cheese mereka ini adalah sebuah kesalahan di luar kendali mereka. Kesalahan yang harusnya ditanggungjawabi oleh sesuatu di luar sana, asalkan bukan mereka. Jadi, mereka setiap hari kembali ke cheese station yang sama hanya untuk mengecek apakah masih ada cheese tersisa.

Namun, Haw mulai menyadari itu. Ia mengikhlaskan apa yang terjadi dan mulai membuat sebuah perubahan, walaupun ia masih sedikit takut dengan itu. Haw mencoba memberanikan dirinya untuk keluar dan mencari cheese lainnya. Meskipun diselimuti rasa takut, ia terus mencoba dan memaksakan dirinya. Ia menampar dirinya dengan pertanyaan, “Apa yang akan Anda lakukan jika Anda tidak takut?”.

Nyatanya, ia semakin lama merasakan kebahagiaan. Padahal, ia belum menemukan cheese baru lagi. Kenapa? Karena sesungguhnya ia telah lepas dari rasa takut. Ia semakin nyaman dalam mengeksplorasi isi labirin. Ia semakin terus membayangkan dirinya bisa menemukan cheese baru dan menikmatinya.

“Saat Anda melepaskan diri dari rasa takut, anda akan merasa senang!” — Haw

Kesadarannya akan perubahan yang sesungguhnya, yang terlepas dari bayangan-bayangan buruk tentang perubahan, membawa Haw pada hal-hal yang terlihat lebih tidak bodoh. Mungkin di awal juga kita bisa menertawakan tingkah bodoh Haw dan Hem yang terus menerus kembali ke cheese station yang sama tanpa adanya perubahan dan hanya duduk berharap ada yang “bertanggung jawab” mengembalikan kondisi cheese mereka di sana. Menurut Haw, :

“Semakin cepat Anda mengikhlaskan cheese lama, semakin cepat Anda menemukan cheese baru” — Haw

Akhirnya, ia berhasil menemukan cheese baru yang sangat melimpah dan variatif. Ia tidak hanya menemukan cheese seperti yang ia dulu temukan, ada banyak jenis baru, seperti mozarella, cheddar, dan brie. Ia kemudian menuliskan beberapa insight di dinding :

  1. Perubahan akan selalu terjadi
  2. Lakukan ansitipasi terhadap suatu perubahan
  3. Selalu perhatikan perubahan yang terjadi
  4. Cepat menyesuaikan diri
  5. Nikmatilah perubahan
  6. Berubah
  7. Bersiap untuk terus berubah dan menikmati perubahan itu sendiri

Intinya, dalam buku ini kita diajarkan bahwa perubahan akan selalu terjadi dan datang pada kita. Perubahan itu terjadi dalam banyak aspek. Lalu, hal yang penting juga dalam perubahan adalah bagaimana kita belajar ikhlas. Kita harus bisa mengikhlaskan kondisi lama. Mungkin dalam konteks bisnis, kita bisa saja merasa harus melakukan perubahan berupa inovasi terhadap bisnis kita. Namun, bayangkan jika kita justru harus melakukan perubahan dengan memulai semuanya dari 0 lagi?

Dalam konteks hubungan dengan seseorang atau pekerjaan, bisa jadi perubahan yang dimaksud bukan mengganti orang atau pekerjaannya. Kita bisa melakukan perubahan terhadap cara kita berhubungan dengan seseorang atau pekerjaan. Hal ini juga dirasa bisa memberikan perubahan yang dibutuhkan. Memindahkan cheese ini akan selalu terasa menantang, tetapi akan selalu kita butuhkan.

Keju. Sumber : Google

Dengan memahami perubahan, kita bisa lebih sering menertawakan “kebodohan” kita seperti yang Haw lakukan saatu masih bersama Hem. Dari menertawakan itu, akhirnya kita tergugah untuk melakukan perubahan dalam hidup. Belajar soal perubahan, ada beberapa poin yang perlu dipelajari :

  1. Soal merasa ikhlas atas perubahan
  2. Jangan terjebak sebagai Hem
  3. Keluarlah dari zona nyaman
  4. Pindahkan cheese-mu atau orang lain yang akan melakukannya untukmu. Jadi bersiaplah!

Jadi, siapakah dirimu dalam cerita ini. Apakah kamu Sniff? Scurry? Haw? atau Hem? dan apa keju favoritmu?

--

--

Kata Pudin

Sastra Teknologi dan Informasi || Terbit setiap Kamis sore